liburan ke pemancar TVRI

Senin, 08 Februari 2010

0 komentar
Masih ingat tidak lagu pada hari minggu? ok lah kalau begitu. ya, ceritanya begini. pagi yang cerah tepatnya hari Ahad tanggal 20 Desember 2009 saat liburan semester keluarga besar MI Negeri SIkanco mengadakan jalan sehat manjat gunung depok yang rencananya sebenarnya kalau sudah disana akan diadakan lomba untuk siswa namun karena perjalanan yang menanjak dan kebetulan peralatan tidak terbawa maka disana hanya "dondon maem" dan "berfoto ala kadare".
Berangkat dari MI Negeri Sikanco jam 07.00 naik mobil bak hijau dan truk merah, yang ikut mulai dari kelas 4, 5 dan 6 beserta bapak guru, karena ibu guru tidak ada yang ikut. Dari wacah-wajah yang ceria saat naik mobil menuju perbukitan, sampai disana sema peserta diturunkan untuk jalan kaki, nah saat itulah mulai capek, keringat banyak yang mengucur, pegel di kaki dan lapar tentunya, akhirnya sampai di lokasi pemancar semua mengambil posisi untuk istirahat, terus makan dan minum, setelah "wareg" mereka menikmati pemandangan sekitar pemancar dan berfoto bersama, sepanjang perjalanan berangkat dan pulang hampir semua moment di dokumentasikan. foto-foto ini adalah sebagian cuplikan kegiatan tersebut.
Sebenarnya peserta menghendaki ke "Curug" selain ingin berendam juga bergaya "Silem Batu" karena cuaca yang panas enak untuk mandi atau berenang, namun karena rencana tidak demikian maka setelah selesai jajan dan foto semuanya pulang dengan kenangan dan perasaan masing-masing. wis disit nu kesel li ngetik, ngesuk bersambung ya!

Sejarah Berdirnya MI Negeri Sikanco

Selasa, 02 Februari 2010

1 komentar
SEJARAH MI NEGERI SIKANCO
Dari beberapa nara sumber yang termasuk para pelaku sejarah sehubungan dengan MII No. 1 Sikanco ini, maka dapatlah kami susun secara sederhan sejarah madrasah ini sejak berdirinya sampai sekarang, yang dalam hal ini kami bedakan menjadi dua yaitu :
1. Sejarah berdirinya Madrasah
2. Sejarah perkembangan Madrasah
Perlu diingat sebelumnya, bahwa penyusunan sejarah ini tidak didukung oleh fakta otentik yang tercatat dan dibukukan, melainkan hanya berdasar atas ingatan para nara sumber yang kini sudah tua.
I. SEJARAH BERDIRINYA MADRASAH INI
A. Sejarah Pendiri
Saat itu tahun 1949, Negara kita baru saja 4 tahun merdeka dan pendidikan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah, apalagi rakyat jelata belum banyak yang berfikir pendidikan. Mereka sedang melaksanakan revolusi fisik menghadapi Belanda yang ingin menjajah kembali Negara dan bangsa Indonesia.
Di wilayah Kecamatan Nusawungu belum ada sekolah swasta, sekolah negeri pun baru ada saat itu di Danasri Kidul yang merupakan tinggalan sekolah jaman Belanda yang disebut Verfolk, itu saja hanya sampai kelas III. Warga Danasri dan sekitarnya menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah itu, dan melanjutkan sekolah ke tempat lain, misalnya ke Kroya atau Sumpiuh. Ummat Islam Danasri lor saat itu masih menjadi satu, belum ada perbedaan faham agama, apalagi perpecahan seperti saat ini. tokoh-tokoh Muslim saat itu yang sejatinya adalah pendukung dan warga PSII, mereka tidak menunjukkan sikap yang berbeda dengan masyarakat dalam hal beragama sehingga masih sangat kompak. Mereka itulah yang kemudian merintis berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah pada saat itu mengingat perlunya generasi yang Islami demi mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa dan Negara yang didasari iman dan ketaqwaan. Para tokoh muslim itu perlu antara lain ; Atmowirejo, Ahmad Supardi, Abdulah Marsum, Dulahyati, H. Muhsin, Kudasi, Cherudin, Ambari dan Nurcholis. Ringkasnya mereka mewujudkan adanya lembaga pendidikan Islam yang dinamai Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah bertempat di serambi Masjid Tritih sebelum memiliki tempat khusus.
Sebagian dari mereka langsung menangani Kegiatan Belajar Mengajar, walaupun dengan caranya sendiri-sendiri. Murid-muridnya pun besar kecil tanpa memperhatikan umur dan lainnya. Sebagai gurunya antara lain ; Ahmad Supardi, Abdulah Marsum, Nurcholis, Dulgofur dan lain-lain. Diantara bekas murid pertamanya dulu adalah ; Kiai Busro (Almarhum), Mochammad Yadi, Mujer, Sudir dan lain-lain. Sementara itu telah dipikirkan juga pembangunan gedung dan tempatnya yang sedapat mungkin di tanah waqaf.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Madrasah ini didirikan oleh para pemuka Islam Danasri lor yang nota bene adalah warga PSII pada tahun 1949 dengan bukti Kegiatan Belajar Mengajar telah berlangsuung walaupun di serambi masjid.
B. Sejarah berdirinya geduung Madrasah
Sejak awal berdirinya Madrasah ini, dalam arti mulai berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar di serambi Masjid, telah direncanakan pembuatan gedung tempat belajar agar tidak terus menerus di serambi masjid. Saat itu ba`da Jum`at yang tanggal tidak diketahui lagi, jamaah ummat Islam Danasri lor bermusyawarah mengenai kelanjutan Madrasah bagaimana membuat ruang belajar anak-anak dan ditempatkan dimana. Dua keputusan penting diambil, yaitu :
1. H. Muhsin mewaqafkan tanahnya seluas kurang lebih 100 ubin, (kelak ada tambahan 30 ubin dari waqafnya orang banyak).
2. Untuk bangunannya akan memanfaatkan kayu jati di kuburan Mlipak yang ada 6 batang besar-besar. Untuk ini perlu persetujuan Kepala Desa dan warga desa umumnya, maka hal ini akan ditempuh melalui setral desa pada hari Kemis legi.
Saat Kemis legi tiba, setral (sidang) berlangsung di Balai Desa dan dipimpin oleh Kepala Desa Tarso. Pada awalnya sebagian peserta setral takut akan resiko penebangan kayu kuburan tetapi akhirnya Kepala Desa mengijinkan penebangan dan penggunaan kayu itu dengan catatan kalau ada apa-apa ditanggung para penanggungjawab. Para tokoh Islam itu bersedia menanggung segala resiko atas penebangan kayu kuburan tersebut dan langsung direncanakan hari 'H' nya yaitu Jum`at Kliwon yang berarti dua minggu setelah itu. Jum`at kliwon pun tiba, para tokoh Islam itu telah menyediakan empat orang penebang kayu yang didatangkan dari tempat lain.
Dengan disaksikan ratusan warga desa pendukung madrasah dan lainnya, robohlah kayu yang dimaksud itu dengan selamat tidak apa-apa. Yang justru perlu diadakan adalah dana untuk biaya penggarapan kayu sehingga menjadi balok bahan bangunan yang jumlahnya cukup banyak. Penggarapan itu baru selesai setelah berbulan-bulan lamanya. Biayanya juga sudah tidak bisa diingat lagi. Sementara mnunggu biaya yang lain untuk pembangunan, kayu tetap ditumpuk. Secara kebetulan atau direncanakan, Kepala Desa membangun membangun jembatan desa yang akhirnya menggunakan kayu bahan madrasah itu diambil dengan alasan kayu milik desa yang ada di kuburan Mlipak.
Demikianlah sebagian besar kayu kayu yang bagus-bagus diambil untuk membuat empat jembatan di Desa Danasri Lor.
Nah dari sisa kayu itulah bangunan madrasah dibuat, dan jadi tiga lokal. Di dalam bangunan yang berdinding bambu tiga lokal inilah kemudian KBM madrasah ini berlangsung berpuluh tahun.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1951 dan dengan demikian dapat kita katakan bahwa secara resmi bangunan madrasah ini berdiri berdiri pada tahun 1951 yang selanjutnya mengalami beberapa kali perbaikan dan penyempurnaan dan sering juga mendapat bantuan pemerintah sehingga dapat kita saksikan seperti yang sekarang ini.

II. SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH INI
Madrasah ini, walaupun bagaimana ternyata juga mengalami perkembangan, baik secara fisik maupun nono fisik.
A. Perkembangan Fisik
1. Telah kita kenal bahwa semula KBM madrasah ini berlangsung di serambi masjid Tritih, yang pada saat itu juga merupakan satu-satunya masjid di Danasri Lor sehingga kaum muslimin dari seluruh penjuru Danasri sholat Jum’at di masjid itu. Maka madrasah pun sebagai wujud kegiatan mereka diletakkan di serambi masjid itu juga.
2. Setelah mampu mendirikan bangunan dari sisa kayu kuburan itu, madrasah menempatinya sebagai tempat kegiatan KBM yang baru. Di samping itu juga sebagai tempat kegiatan Islam yang lain seperti pengajian dan peringatan-peringatan hari besar Islam.
3. Setelah jumlah kelas semakin bertambah, dibangun dua local lagi sehingga menjadi lima local.Kelas I dan II bergantian ruangnya, tanpa ada ruang guru dan kantor. Yang penting kegiatan berjalan.
4. Setelah masyarakat ada kemampuan, diubahlah bangunan menjadi setengah permanen, walaupun dinding bagian atas masih bambu.
5. Perkembangan berikutnya adalah perubahan dari semi permanen menjadi permanent dan ditambah dan ditambah ruang guru atau kantor.
6. Setelah pemerintah memberikan dana bantuan pendidikan, termasuk sarana dan prasarananya madrasah inipun sering menerimanya, sehingga semakin menyempurnakan keadaan bangunan seperi keadaan sekarang ini.
7. Menyangkut keadaan murid, tentu saja berkembang dari satu kelas menjadi enam kelas. Dan setelah itu tidak lepas dari pasang surut mengikuti perubahan masyarakat. Yang jelas jumlah murid keseluruhan setiap tahunnya selalu lebih banyak dari jumlah murid di sekolah yang ada di Desa Danasri Lor, termasuk SD Negeri sekalipun. Jumlah murid madrasah ini pernah mencapai lebih dari 300 orang.
8. Mengenai tenaga guru yang semula hanya apa adanya, dan lagi bukan guru yang ber-SIM, juga mengalami perkembangan dengan adanya tenaga bantuan dari Departemen Agama yang mula-mula hanya satu orang yang berganti-ganti sesuai dengan kepentingan Departemen Agama.
Pernah juga bantuan guru dari Departemen Agama mencapai 4 orang yaitu pada beberapa tahun terakhir ini. Sekarang guru Departemen Agama yang ada tinggal 3 orang sebab yang satu meninggal dunia pada tanggal 27 Oktober tahun 1996, yaitu Bapak Warsono. Tiga diantaranya adalah ; Ustadzi, Ngatinah dan Siti Rohimah. Selain itu ada guru swasta yang ikut berjuang menghidupkan dan melancarkan jalannya Kegiatan Belajar Mengajar demi mencapai prestasi. Mereka adalah ; Lusiono, Rasiman dan Murniyati.
Guru Depag yang pernah bertugas di Madrasah ini antara lain ; Tarsan Hadi (dulu Penilik di Kroya/Pensiun), Habib, BA. (Sirau/pensiun), Ahmad Dorie (Almarhum), Mukhlas (Danasri kidul/pensiun), Iskandar Idris (Mubaligh), Istirokhah (Kesugihan/Pensiun). Adapun guru swasta yang sangat tekun memelihara kehidupan Madrasah ini adalah Matori (sekarang menjadi petani Gunung Karang Salam), dan yang ada sekarang. Tanpa mengurangi jasa dan perjuangan mereka yang namanya tidak disebutkan disini baik yang Negeri maupun Swasta sekalipun.
Adapun yang pernah menduduki jabatan Kepala Madrasah antara lain adalah ; Iskandar Idris, M. Yadi, Masdar Makhsus (periode belum tercatat) dan Warsono (periode 1968 -1996).
B. Perkembangan Non fisik
Yang dimaksud disini adalah hasil pendidikan, terutama dalam membentuk anak muslim yang taat beribadah dan berakhlak Islami. Dilihat dari mereka yang telah keluar dari Madrasah ini rata-rata mereka lekat dengan Islam. Walaupun tidak mengelak adanya satu dua anak yang terlihat kurang mencerminkan jiwa keislaman. Maraknya budaya jilbab juga tidak membuat mereka kaget sebab sudah terbiasa dengan itu. Dari segi ini dapat dikatakan cita-cita para pendiri Madrasah ini sedikit demi sedikit tercapai. Di bidang pengajarannya dapat dilihat dari sejak anak didik mengikuti ujian, yaitu setelah SD mengadakan ujian yang dapat diikuti oleh murid dari madrasah yang sebelumnya bertahun-tahun tidak mengikuti ujian, bahkan banyak yang sampai tidak tamat. Yang ujian menggabung SD banyak juga yang lulus dan mendapatkan ijazah SD, banyak juga yang tidak lulus.
Lebih jelasnya setelah adanya EBTANAS yang jelas dapat dibandingkan dengan 9 Madrasah lain di Kecamatan Nusawungu jelas lebih unggul bahkan dengan SD Negeri pun tidak kalah. Demikian pula dalam bidang lainnya seperti olah raga dan Pramuka, sering mewakili lomba tingkat Kabupaten atas nama Kecamatan Nusawungu. Pernah juga mengikuti Cerdas Cermat di Yogyakarta yang tentu saja mewakili Cilacap. Itulah perkembangan positif yang disaksikan masyarakat luas.
Perkembangan fisik maupun non fisik ini kentara sekali pada masa jabatan Kepala Madrasah dipegang oleh Bapak Warsono sejak tahun 1970 an yang memang didukung oleh banyak faktor, baik situasi masyarakatnya yang semakin berkembang, maupun perhatian pemerintah terhadap pendidikan termasuk madrasah semakin besar, sampai dengan adanya Kepala Madrasah definitif yang disitu ada tunjangan khusus bagi Kepala Madrasah walaupun madrasah swasta.
C. Perkembangan Terakhir
Dilihat dari perkembangannya, baik fisik maupun non fisiknya, Madrasah ini seakan-akan mendekati kesempurnaan sebagaimana yang dikehendaki masyarakat maupun pemerintah sehingga ada pihak yang menghendaki agar Madrasah ini dijadikan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). hal ini terjadi karena madrasah ini dianggap telah memenuhi syarat penegrian sebagaimana yang ditawarkan pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama.
Bahkan menurut informasi SK nya akan segera turun, diperkirakan bulan Januari 1997 yang akan datang. Dan mulai tanggal 17 Maret 1997 madrasah ini resmi menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). dengan demikian, lepas dari bagaimana penilaian dan perasaan masyarakat, perkembangan madrasah ini dapat dikatakan mencapai puncaknya dari :
 Numpang di serambi masjid tanpa temapt duduk sampai gedung bagus dan lengkap dengan mebelair serta fasilitas lainnya yang semuanya disediakan oleh pemerintah tanpa membebani masyarakat sedikitpun. Barangkali itulah buah jerih lelah para pendukungnya.
 Dari guru yang asal-asalan sampai dengan guru yang semuanya ber NIP lengkap dengan juru kebun dan pesuruh yang ber NIP pula.
 Dari ujian menginduk sampai menjadi induk sekuruh madrasah di Kecamatan Nusawungu.
Semoga saja semua itu akan membawa kebaikan buat kita semua di dunia dan akhirat. Amiin.
Caatan :
1. Sejak resminya penyeplitan Desa Danasri lor menjadi Danasri lor an Sikanco pada tahun 1996, maka madrasah ini menjadi Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sikanco 1.
2. Sesuai ketetapan Bapak Atmowirejo selaku pendiri dan pengelola tunggal berpuluh tahun, madrasah ini tidak berafiliasi kepada salah satu organisasi apapun namanya, tetapi berwawasan Tajdid (pembaharuan).
3. Apabila terlaksana Madrasah ini menjadi MIN, maka pengurus akan tetap didalamnya dengan bertindak sebagai BP3/Komite Sekolah.
Sikanco, 18 November 1996
Ditulis oleh dan atas nama Pengurus
ROSIDIN